Sabtu, 25 Oktober 2014

B.IND- PEMBENTUKAN LEBIH LANJUT

PRAMUDITA KUSUMA WARDANI
56413890
2IA14
TEKNIK INFORMATIKA - UNIVERSITAS GUNADARMA


PEMBENTUKAN LEBIH LANJUT

Pembentukan lebih lanjut ialah pembentukan kata turunan melalui proses morfologi bahasa Indonesia dengan kata-kata serapan sebagai bentuk dasarnya. Proses pembentukan itu ada tiga macam, yaitu pengimbuhan, pengulangan, dan pemajemukan. 

Kata-kata yang diawali oleh konsonan hambatan tak bersuara (K,T,S,P) meng- atau peng- fonem tersebut hilang atau luluh,
contohnya: 
-Kurang menjadi Mengurang dan Pengurang. 
-Tinju menjadi Meninju dan Peninju. 
-Sihir menjadi Menyihir dan Penyihir.  
-Pinjam menjadi Meminjam dan Peminjam.

Kata-kata serapan yang diawali dengan konsonan hambatan bilabial tak bersuara /p/ 
Contohnya: parker, proses, pindah. Jika mendapat awalan  peng- atau peng-an, pemarkiran, pemroses, pemindahan. 

Kata-kata serapan yang diawali dengan konsonan hambatan apiko  dental tak bersuara It/ 
Contohnya: target, terjemah, telpon. Apabila dibentuk dengan awalan meng- menjadi menargetkan atau mentargetkan; menerjemahkan, dan menelpon. Jika dibentuk dengan peng-an menjadi;penargetan atau pentargetan, penerjemahan, dan penelponan. 

Kata yang belum begitu dikenal apabila mengalami proses morfofonemis menyebabkan orang sulit mengenal kata dasar dari suatu bentukan. Oleh karena itu, untuk kata-kata yang belum dikenal, bukan saja konsonan awalnya tidak mengalami peluluhan, melainkan juga diberi tanda hubung untuk mempertegas  batas  antara kata  dasar.
Contohnya:  men-tekel danpen­ekeI-an.

Konsonan geseran labio-dental tak bersuara /f/ dulu disesuaikan dengan system fonologi bahasa Indonesia menjadi /p/. Yang sudah disesuaikan menjadi /p/ mengalami penghilangan atau luluh, sedang apabila tetap /f/ mendapat sengauan yang homorgan, yaitu /ml. 
Contohnya: 
-Pulang menjadi memulangkan dan pemulangan.
-Fitnah menjadi memfitnah dan pemfitnahan.

Konsonan hambatan dorso-velar tak bersuara /k/ luluh apabila mendapat awalan meng- atau konfiks peng-an 
Contoh:
-Konsep menjadi Mengonsep dan Pengonsepan 

Kata-kata  serapan  yang  diawali  dengan  fonem  geseran  apiko-dental  tak bersuara Isl ada yang mengalami peluluhan ada yang tidak. 
Contohnya:
-Suap menjadi Menyuap dan Penyuapan,

Kata dasar serapan yang diawali oleh gugus konsonan /pr/ jika mendapatkan awalan meng- tidak luluh.
Contohnya:
-Program menjadi Memprogram
Tetapi apabila mendapat konfiks peng-an /p/-nya luluh menjadi: pemrograman. 

Kata-kata serapan yang diawali dengan gugus /kr/, /k/-nya tidak hilang bila mendapat awalan meng-
Contohnya:
-Kritik menjadi Mengkritik. Tetapi /kl itu lebur apabila mendapat awalan peng- atau peng-an menjadi: pengritikan dan pengritik,.

Kata-kata serapan yang diawali dengan gugus konsonan /tr/, /st/, /ski, /sp/,
/pl/, /kl/, konsonan yang awalnya tidak pemah mengalami peleburan, baik dalam pembentukan dengan awalan meng-, peng-, maupun konfiks peng-an.
Contohnya: mentraktir, pentraktir, menstabilkan, penstabil, penstabilan; menskalakan, penskala, penskalaan; mensponsori, pensponsor, pensponsoran; memplester, pemplester, pemplesteran; mengkliping, pengkliping, pengklipingan.

Kata-kata serapan yang diawali oleh gugus konsonan yang terjadi atas tiga fonem dan fonem yang pertama berupa hambatan atau geseran tak bersuara, kalau ada, sudah tentu konsonan pertamanya tidak pemah lebur apabila mendapat awalan meng- ataupeng-.

Kata-kata serapan itu tentu saja juga dapat mengalami proses pengulangan
seperti pada: traktor-traktor, computer-komputer dan sebagainya. Kata-kata serapan tidak dapat mengalami perulangan sebagian yang berupa dwipurwa atau dwiwasana. Pada pengulangan dengan awalan konsonan awal pada suku ulangannya juga tidak luluh, contohnya: mempromosi-promosikan, mengkritik-kritik, mensponsor-sponsori.



Rabu, 15 Oktober 2014

BAHASA INDONESIA

PRAMUDITA KUSUMA WARDANI
56413890
2IA14

UCAPAN DAN EJAAN

A.    UCAPAN
Bahasa bagi sebagian besar penuturnya adalah bahasa kedua. Para penutur yang berbahasa Indonesia, bahasa Indonesia mereka terpengaruhi oleh bahasa daerah yang telah mereka kuasau sebelumnya. Pengaruh yang sangat jelas ialah dalam bidang ucapan. Pengaruh dalam ucapan itu sulit dihindarkan dan menjadi ciri yang membedakan ucapan penutur bahasa Indonesia dari daerah satu dengan daerah yang lain.

B.    EJAAN
a.       Pengantar
Ejaan penting sekali artinya dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa Indonesia produktif tulis. Sebelum EYD diumumkan, dalam tulis menulis dipergunakan Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik mulai 19 Maret 1947. Sebelum Ejaan Soewandi, berlaku Ejaan Van Ophusyen yang ketentuannya dimuat dalam Kitab Logat Melajoe yang disusun dengan bantuan Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’Mur dan Muhammad Taib Soetan Ibrahim sejak tahun 1901. Sebelum Ejaan Van Ophusyen berlaku dalam tulis menulis, dalam bahasa Melayu digunakan huruf Jawi atau Arab Melayu dan juga dengan huruf Latin dengan ejaan yang tidak teratur.

b.       Penulisan Huruf

a.       Penulisan Huruf Kapital
1)            Huruf kapital digunakan untuk mengawali kalimat yang baru, huruf awal nama diri, dan ucapan langsung. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab Suci. Untuk Tuhan kata gantinya pun ditulis dengan huruf kapital.
Contoh : Semoga Dia selalu melindungi umat-Nya.
  Hanya Engkaulah tempat kami mengadu.
2)      Huruf kapital digunakan untuk nama diri, gelar kehormatan, keturunan, atau keagamaan, juga ditulis dengan huruf kapital.
Contoh : Nabi Muhammad SAW
                                     Haji Agus
                                     Sri Sultan Hamengkubuwono

3)      Huruf kapital digunakan untuk nama jabatan apabila dikaitkan dengan nama instansi atau nama daerah sebagai pengganti nama diri.
                        Contoh : Gubernur Sumatera Selatan
                                     Direktur Utama RCTI
                                     Kepala Staff Angkatan Udara

4)      Huruf kapital digunakan untuk nama diri atau nama lembaga yang terdiri atas beberapa kata.
                        Contoh : Pramudita Kusuma Wardani
                                     Arfa Reza Utama
                                     Departemen Keuangan
                                     Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
5)      Huruf kapital digunakan untuk kata “Anda”.
6)      Kata-kata yang digunakan dalam pengertian khusus harus ditulis dengan huruf kapital, sedangkan kata-kata dengan pengertian umum ditulis dengan huruf kecil, misalnya kata presiden, walikota, negara, atau universitas.
                        Contoh : Sebagian besar universitas di Indonesia sudah terakreditasi A.
                                      Suatu negara berbentuk kerajaan itu dikepalai oleh seorang raja.
Dalam pengertian khusus
                        Contoh : Soekarno adalah Presiden pertama Republik Indonesia.
Arfa lulus menjadi siswa Sekolah Penerbang TNI AU tahun angkatan 2013.

7)      Nama diri yang kemudian menjadi nama jenis dan nama diri yang diapit oleh awalan atau akhiran tidak perlu ditulis dengan huruf kapital.
                        Contoh : Ibu memasak dodol cina.
                                     Kopi aceh sangat terkenal kenikmatannya.

b.       Huruf Tebal dan Huruf Miring
1)      Penulisan nama lembaga, judul buku atau nama majalah
            Contoh : Algoritma Pemrograman
                    Organisasi dan Arsitektur Komputer
                    Setiap pagi ayahku membaca koran Kompas.
                         Dewi sedang membaca novel Hujan Punya Cerita Tentang Kita.

2)      Huruf miring juga digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan kata, bagian kata, atau kelompok kata, lalu digunakan untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing yang belum disesuaikan ejaannya.
            Contoh : Nama ilmiah bunga Anggrek Bulan ialah Phalaenopsis amabilis.
                          Di dalam kelas dilarang merokok
                         
c.       Penulisan Partikel dan Awalan
1)      Kata awalan yang harus ditulis serangkai
Dalam menuliskan kata-kata sesuai dengan Pedoman Ejaan Bhasa Indonesia yang Disempurnakan perlu diperhatikan penulisan kata atau partikel yang dirangkai dan yang tidak dirangkai.
Contoh : adikuasa, diambil, berlari, bernama, perbesar, terbaik, penari, mahakuasa, antarkota, pascasarjana, swasembada, tunawisma, pertanggungjawaban, jikalau, apabila.

d.       Penulisan Bilangan
Penulisan bilangan dengan angka yaitu tahun, jam, tanggal, nomor telepon, nomor rumah, nomor bab, nomor subbab atau bagian-bagian dari subbab.
Contoh : Tahun 2014
                         Jam 01:27 WIB
                        021-82736450
Penulisan bilangan dengan huruf yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah dari satu sampai sembilan
            Contoh : satu juta rupiah
Penulisan bilangan dengan angka seperti jumlah uang, luas tanah, berat suatu benda, jarak, timbangan tetapi kadang disertai dengan huruf yang ditaruh di antara tanda kurung.

e.       Tanda Baca
Ada bermacam macam tanda baca/pungtuasi, seperti titik (.), koma (,), titik koma (;), titik dua (:), dan petik (“ “)

a)       Tanda Titik (.)
Digunakan diakhir kalimat dan sesudah nomor bab atau subbab atau bagian dari subbab. Singkatan yang terdiri dari huruf-huruf kapital seperti SD, SMP, SMA, TNI tidak menggunakan titik. Singkatan dengan huruf kapital yang merupakan gelar yang diletakkan di belakang nama tetap menggunakan tanda titik. Pada judul bab, subbab, dan alamat tidak menggunakan tanda titik.
      Contoh : dr. Irsan Hasan, SpPD-KGEH
                   Dr. Aditya S.E. M.M
                  Singkatan yang menggunakan huruf kecil menggunakan titik misalnya:
                  atas nama         a.n
                  dan lain-lain     dll

b)      Tanda Koma (,)
Digunakan untuk menandai jeda dalam suatu kalimat dan membatasi unsur-unsur dalam suatu perincian. Tanda koma sering digunakan setelah seruan seperti: ah, wah, aduh, ya, dan sebagainya lalu setelah kata jadi, namun demikian, oleh karena itu. Tanda koma juga digunakan dalam kalimat majemuk yang anak kalimatnya mendahului induk kalimatnya.
      Contoh : Meskipun capek, ia masih semangat bermain basket.
                    Karena tiketnya hilang, ia tidak jadi pergi ke Jogja.

Pada kalimat yang setara dan untuk membatasi unsur dalam perincian
      Contoh : Keela itu pintar, tetapi tidak sombong.

Digunakan untuk membatasi kata-kata dalam kalimat petikan langsung.
      Contoh : “Pulang sekolah langsung pulang ke rumah”, kata Ibu

Digunakan untuk mengapit atau menyisipkan keterangan tambahan, dipakai di antara nama dan alamat, membatasi nama dan gelar, bagian-bagian alamat, dan di antara nama tempat dan wilayah suatu negara yang ditulis secara beruntun.
      Contoh : Yth. Drs. Agusman Anwar S.Pd, M.Pd, Kepala Sekolah SMAN 88 Jakarta

c)       Titik Koma (;)
Digunakan untuk memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan setara.
      Contoh : Badan sudah lelah; pekerjaan masih menumpuk.

Digunakan untuk membatasi bagian-bagian kalimat yang sudah mengandung koma.
      Contoh : Hari ini Bella membawa bekal roti dan susu; Nina membawa nasi goreng.

Digunakan untuk memisahkan kalimat-kalimat suatu perincian.
      Contoh :
Terdapat tiga jenis hewan berdasarkan makanannya yaitu;
a.       Herbivora   (Pemakan tumbuhan)
b.       Karnivora    (Pemakan daging)
c.       Omnivora   (Pemakan daging & tumbuhan)
Digunakan dalam surat menyurat

d)      Titik Dua ( : )
Digunakan di akhir sutau pernyataan yang lengkap dan diikuti oleh rangkaian atau perincian, lalu digunakan pada kata kata misalnya, contohnya, dan sebagai berikut yang diikuti perincian. Dalam surat-surat undangan juga menggunakan titik dua.
      Contoh :
                  Yang akan dilaksanakan pada:
                  Hari/Tanggal    : Rabu, 15 Oktober 2014
                  Pukul                : 19.00 WIB s/d 21.00 WIB
                  Tempat                        : Balai Warga
                  Dengan Acara  : Rapat Karang Taruna
e)      Tanda Petik (“ “)
Digunakan untuk menandai kata-kata yang tidak digunakan dalam arti yang sebenarnya. Misalnya: Dia membawa “buah tangan” dari Bali.

f)        Tanda Hubung (-)
Digunakan untuk menghubungkan kata-kata yang diulang seperti buah-buahan, lain-lain, bagian-bagian. Tanda hubung juga digunakan apabila huruf-huruf dirangkaikan dengan bilangan, huruf kecil, atau huruf kecil yang dirangkaikan dengan huruf kapital.
      Contoh : Umur ke-23
                    Tuhan selalu memberikan kekuatan untuk hamba-Nya

Tanda hubung juga digunakan untuk membatasi tanggal, bulan, dan tahun apabila semuanya ditulis dengan angka.
      Contoh : Jakarta, 01-08-1995

Tanda hubung juga digunakan untuk menandai hubungan kata-kata dalam kelompok kata agar tidak menimbulkan tafsira yang tidak dikehendaki.

f.         Tanda-tanda baca yang lain
Tanda tanda baca yang lain ialah tanda pisah (-), tanda elipsis (...), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung (), tanda kurung siku ([ ]), tanda garis miring (!) dan tanda penyingkat/apostrof  (')
Tanda pisah (-) digunakan dalam arti “sampai dengan”
            Contoh : Jakarta – Jogja
                         Pukul 09.30 – 11.30

Tanda elips(...) digunakan untuk menandai tuturan yang terputus-putus dan digunakan dalam suatu kutipan bahwa ada kata kata yang dikutip dalam kutipan tersebut.
            Contoh : Tapi...yasudahlah aku diam saja
Tanda tanya (?) digunakan untuk menandai kalimat tanya yang diletakkan di akhir kalimat dan untuk menyatakan keragu-raguan atau kesangsian.
            Contoh : Kamu ke kampus naik apa?
                          Kampung halamannya terkena gempa bumi(?)

Tanda seru (!) digunakan untuk menandai seruan/perintah/panggilan.
            Contoh : Jangan membuang sampah sembarangan!

Tanda kurung () digunakan untuk mengapit penjelasan.
Contoh : Ayahku bekerja di LAPAN (Lembaga Antariksa dan Penerbangan   Nasional)
            Tanda kurung siku [] digunakan sebagai tanda koreksi bahwa dalam naskah itu terdapat huruf, kata, atau kelompok kata yang ditulis di antara tanda kurung siku tersebut.
           
            Tanda garis miring digunakan dalam penomoran surat, menunjukkan tahun anggaran, tahun kuliah, tiap-tiap atau per.

            Tanda penyingkat atau apostrof digunakan untuk menunjukkan adanya bagian-bagian yang dilesapkan.
                        Contoh : Aku ‘kan menyusulnya kesana (kan = akan)